Islandia, yang pernah menjadi salah satu negara bebas nyamuk terakhir di dunia, telah mengonfirmasi kedatangan setidaknya beberapa nyamuk Culiseta annulata tahun ini. Penemuan yang diumumkan oleh Natural Science Institute of Islandia (NSII) ini menimbulkan pertanyaan apakah serangga ini akan mampu membentuk populasi permanen dan apa dampaknya terhadap ekosistem pulau tersebut.

Penghuni Baru di Lingkungan Unik

Penemuan awal terjadi pada pertengahan Oktober ketika warga setempat Björn Hjaltason menangkap dua nyamuk betina dan satu nyamuk jantan menggunakan pita yang direndam dalam anggur merah di sebuah peternakan dekat Reykjavík. Ini merupakan konfirmasi pertama keberadaan serangga ini di Islandia, menjadikan Antartika sebagai satu-satunya benua bebas nyamuk. Kedatangan ini penting karena C. annulata lebih merupakan gangguan daripada bahaya; mereka tidak menularkan penyakit pada manusia.

Bagaimana Mereka Sampai di Sana, dan Akankah Mereka Tetap di sana?

Meskipun alat transportasi yang tepat masih belum jelas, para ilmuwan yakin aktivitas manusia adalah penjelasan yang paling mungkin. Pesawat terbang sebelumnya pernah membawa nyamuk ke Islandia, meski sebelumnya tidak ada satupun yang menyebabkan populasi nyamuk berkembang pesat. Kehadiran nyamuk jantan dan betina menunjukkan bahwa mereka berpotensi berkembang biak dan membentuk siklus perkembangbiakan.

Ahli entomologi Jessica Ware dari American Museum of Natural History di New York City mencatat bahwa manusia telah melakukan perjalanan ke Islandia selama ribuan tahun tanpa mendokumentasikan penampakan nyamuk. Dia yakin kemunculan mereka baru-baru ini kemungkinan besar terkait dengan perubahan iklim, dan menekankan bahwa “fakta bahwa mereka tidak [datang ke Islandia sebelumnya], dan sekarang mereka datang, membuat saya berpikir hal tersebut disebabkan oleh iklim.”

Perubahan Iklim dan Pergeseran Wilayah Serangga

Fenomena perluasan wilayah jelajah serangga terjadi di seluruh dunia, meskipun kaitan langsungnya dengan perubahan iklim masih belum jelas. Wilayah Arktik, termasuk Islandia, mengalami pemanasan sekitar empat kali lipat rata-rata global, dan Islandia mengalami suhu panas yang memecahkan rekor tahun ini. C. annulata dewasa diketahui tahan terhadap kondisi dingin dan menahan musim dingin di tempat perlindungan seperti gua, ruang bawah tanah, atau lumbung—hal yang umum terjadi di negara asal mereka, Eropa.

Tantangan Musim Dingin di Islandia

Musim dingin di Islandia biasanya keras, ditandai dengan suhu mendekati titik beku, angin kencang, dan hujan salju lebat. Namun, siklus pembekuan-pencairan yang sering terjadi dapat menimbulkan tantangan besar bagi kelangsungan hidup nyamuk. “Beberapa spesies nyamuk sensitif terhadap fluktuasi [suhu] tersebut,” jelas ahli ekologi Kelsey Lyberger dari Arizona State University. Keberhasilan nyamuk juga bergantung pada pencarian sumber makanan yang dapat diandalkan sepanjang musim dingin.

Potensi Dampak Ekosistem

Kedatangan C. annulata dapat memicu efek berjenjang dalam ekosistem Islandia. Seperti yang dikatakan Ware, serangga ini sering kali berfungsi sebagai “kenari iklim”, yang menunjukkan perubahan lingkungan yang lebih luas. Misalnya, capung, yang memangsa nyamuk, kemungkinan besar akan berpindah habitat sebagai respons terhadap perubahan populasi nyamuk. Jika C. annulata menegaskan, “Saya tidak akan terkejut jika Anda mulai melihat [capung Kaisar (Anax imperator)] dan capung lain yang telah mengubah wilayah jelajahnya secara dramatis di wilayah lain di Eropa utara.”

Kedatangan nyamuk di Islandia memberikan gambaran sekilas tentang sifat ekosistem yang kompleks dan saling berhubungan dalam perubahan iklim.

Apakah nyamuk yang baru tiba akan bertahan hidup di musim dingin di Islandia masih menjadi pertanyaan terbuka. Namun, kedatangan mereka menggarisbawahi tren spesies yang memperluas wilayah jelajahnya akibat perubahan iklim dan meningkatkan kekhawatiran mengenai dampak potensial terhadap ekosistem rentan di seluruh dunia.